APSR IDI Online KlikPDPI
APSR IDI Online KlikPDPI Halaman Admin Forum Umum Facebook Page Twitter Instagram Youtube
Lonjakan Kasus TB Terjadi Karena Minim Deteksi
PDPI Jatim, 06 Jun 2024 08:27:01

BERDSARKAN Global TB Report 2023, Indonesia merupakan negara dengan estimasi kasus tuberculosis (TB) kedua tertinggi di dunia setelah India. Berdasarkan laporan tersebut, estimasi kasus TB di Indonesia mencapai 1.060.000 kasus. Padahal sebelum covid-19, estimasi kasus TB di Indonesia berada di sekitar 800.000.

Ketua Tim Kerja Tuberkulosis Kementerian Kesehatan Tiffany Tiara Pakasi menyebut lonjakan estimasi kasus TB tersebut terjadi karena penemuan atau deteksi yang turun selama masa covid-19.

 

“Estimasi ini berdasarkan pemodelan yang dihitung oleh WHO, kalau kasus yang belum ditemukan berpotensi menularkan ke sekian orang. Deteksi yang turun menyebabkan estimasi insiden di masyarakat jadi meningkat,” kata Tiara dalam webinar Diskusi Denpasar 12, Rabu (5/6).

 

Pada 2019, kasus yang ditemukan (notifikasi kasus) sekitar 568.000 atau 60% dari estimasi kasus saat itu (sekitar 800.000). Memasuki masa covid, deteksi itu semakin turun ke angka 393.323 kasus yang ditemukan pada 2020 atau 48% dari estimasi. Lalu kembali turun menjadi 46% di 2021.

“Pada 2022 kita bisa mulai kembali ke essential house care, fokus juga untuk TB yang dipantau langsung oleh Pak Menteri,” ungkap Tiara.

Pada 2022, kasus TB yang ditemukan mencapai 724.309 kasus dari 1.060.000 estimasi kasus atau sekitar 68%. Pada 2023 bahkan notifikasi kasusnya mencapai 821.200 atau 77%. Sementara pada 2024 hingga Mei baru ditemukan 249.618 atau 24% dari estimasi.

 

“Jadi memang kalau dibilang lonjakan, pertama karena waktu itu kita belum menemukan atau mendeteksi dan mengobati mencapai target, ditambah penurunan penemuan kasus di masa covid-19. Akhirnya estimasi meningkat. Tapi kita bersyukur deteksi kita juga bisa dipulihkan di 2022 dan 2023,” jelasnya.

Untuk mencapai eliminasi TB pada 2030 sesuai dengan target global, Indonesia harus mencapai target menemukan kasus setidaknya 90% dari estimasi kasus. Kemudian dari pasien yang diobati harus bisa sembuh atau menyelesaikan pengobatan (success rate) minimal 90%.

“Indikator ketiga adalah mengatasi mereka yang belum TB aktif tapi sudah mengalami infeksi atau sudah ada bakterinya, diberikan terapi pencegahan TB (TPT). Setidaknya kelompok kontak serumah yang merupakan risiko tinggi setidaknya 80% diberikan TPT,” kata Tiara.

 

Sejumlah tantangan masih ditemui. Misalnya tidak semua orang yang sudah dinyatakan TB langsung berobat. “Penyebabnya macam-macam, ada yang masih ragu, masih minta second opinion. Karena pengobatannya 6 bulan ada juga mau coba obat alternatif dulu,” ujar Tiara.

Ia menyampaikan enam strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi TB. Pertama, penguatan komitmen dan kepemimpinan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota untuk mendukung percepatan eliminasi TB.

Kedua, peningkatan akses layanan TB bermutu dan berpihak pada pasien. Ketiga, optimalisasi upaya promosi dan pencegahan, pemberian pengobatan pencegahan TB dan pengendalian infeksi.

Keempat, pemanfaatan hasil riset dan teknologi skrining, diagnosis, dan tata laksana TB. Kelima, peningkatan peran serta komunitas, mitra dan multisektor lainnya dalam eliminasi TB. Keenam, penguatan manajemen program melalui penguatan sistem kesehatan.

Juara III - PDPI Cab Malang
Uploaded on March 27, 2022