APSR IDI Online KlikPDPI
APSR IDI Online KlikPDPI Halaman Admin Forum Umum Facebook Page Twitter Instagram Youtube
Potensi Bahaya Kesehatan terkait Kontaminasi Logam
PDPI Lampung & Bengkulu, 13 Jun 2024 06:46:37

Perairan pesisir rentan terhadap masuknya logam berat yang berasal dari berbagai sumber. Biasanya, batuan dan tanah yang langsung bersentuhan dengan air permukaan dianggap sebagai sumber alami utama. Salah satu penyumbang pencemaran lingkungan yang signifikan adalah masukan antropogenik, yang mencakup emisi yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, kegiatan yang berkaitan dengan pertambangan dan peleburan, pembakaran limbah padat, dan pembuangan air limbah dari berbagai proses industri.

Masalah pencemaran logam pertama kali menarik perhatian masyarakat di negara-negara industri yang memiliki limbah industri dalam jumlah besar. Dampak berbahaya merkuri (Hg) dan kadmium (Cd) di Jepang dan Swedia membuat tantangan yang disebabkan oleh polusi logam menjadi semakin buruk. Banyak orang di Jepang menderita luka fatal akibat penyakit Minamata setelah makan ikan dan makanan laut lainnya yang terkontaminasi metilmerkuri dalam jumlah tinggi. Hg dalam segala bentuknya mempunyai efek buruk pada sistem saraf. Dampak buruk yang parah dari Cd jelas ditunjukkan oleh fakta bahwa penyakit itai-itai terjadi pada manusia.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa paparan Cd pada manusia dapat menyebabkan osteoporosis yang merusak tulang. Penelitian sebelumnya telah mencatat dampak Arsenik (As) dan produk sampingannya terhadap tekanan darah tinggi pada manusia. Timbal (Pb) tidak penting secara biologis. Pb mengganggu perkembangan rutin sel darah merah di sumsum tulang dan sebagian besar terakumulasi di dalam tulang hewan dan manusia. Kadar kromium (Cr) yang berlebihan dapat menyebabkan dermatitis alergi, karsinoma nasofaring, dan kanker kandung kemih.

Banyak aktivitas biologis yang memerlukan tembaga (Cu), besi (Fe), seng (Zn), dan nikel (Ni). Jika terdapat dalam jumlah besar, Cu dapat menyebabkan peradangan jaringan ginjal, Fe meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes gestasional, masalah janin, stres oksidatif, dan cedera sel, Ni dapat menyebabkan pneumonia, peradangan, dan gangguan fungsi paru-paru, dan Zn menekan sistem kekebalan tubuh. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa logam berbahaya bagi ikan dan kehidupan akuatik lainnya serta memiliki kemampuan bioakumulasi melalui rantai makanan.

Gresik telah diakui sebagai kawasan industri penting di Indonesia. Gresik telah mengalami pertumbuhan industri yang cukup besar, yang menyebabkan terbentuknya lebih dari dua ratus sektor yang beragam. Terletak di dekat Selat Madura, sektor-sektor ini sebagian besar menempati pesisir timur Kabupaten Gresik. Industri yang terwakili di wilayah ini adalah sebagai berikut: pengoperasian pabrik aspal, pengoperasian pembangkit listrik tenaga batu bara, peleburan tembaga dan baja, pembuatan kayu lapis dan produk kayu, pengolahan dan pembuatan produk minyak sawit, industri yang melibatkan peralatan listrik, kertas, cat, minyak dan gas, pupuk, pestisida, obat-obatan, barang logam, dan lainnya.

Mengingat nelayan setempat masih menangkap organisme yang dapat dimakan dari perairan tersebut, maka sangat penting untuk melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui kadar logam pada spesies yang dapat dimakan yang mereka tangkap. Evaluasi kontaminasi logam pada organisme yang dapat dimakan di wilayah pesisir dapat dilakukan melalui berbagai metode. Seperti menggunakan pedoman yang menentukan tingkat logam yang dapat diterima dalam ikan dan kerang untuk konsumsi manusia, dan menggunakan indeks kuantitatif seperti perkiraan asupan mingguan (EWI). , target hazard quotient (THQ), indeks hazard (HI), target risiko kanker (TCR), dan metrik serupa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur akumulasi logam dalam daging dan seluruh jaringan spesies yang dapat dimakan yang biasa dikonsumsi oleh penduduk setempat. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar logam dalam kaitannya dengan potensi efek berbahaya dan konsekuensinya terhadap kesehatan masyarakat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi logam (Cu, Fe, Pb, Zn, As, Cd, Ni, Hg, dan Cr) pada sampel ikan dan udang sebagian besar memenuhi batas maksimum yang ditetapkan oleh organisasi regulator nasional dan internasional. Konsentrasi As pada ikan Scatophagus argus melebihi batas yang diizinkan yang ditetapkan oleh Indonesia dan asupan mingguan sementara yang dapat ditoleransi. Konsentrasi As dalam ikan Arius bilineatus sama dengan PTWI. Nilai target risiko kesehatan untuk As dan Cr pada semua spesies yang dianalisis melebihi ambang batas 0,0001, menunjukkan bahwa kedua logam ini berpotensi memberikan risiko dampak kesehatan jika dikonsumsi terus menerus oleh manusia. Oleh karena itu dianjurkan agar tidak setiap hari mengkonsumsi kedua jenis ikan tersebut.

Penulis: Prof. Dr. Ir. Agoes Soegianto, DEA.

Juara III - PDPI Cab Malang
Uploaded on March 27, 2022