|
Sejawat anggota PDPI mungkin tidak asing lagi dengan nama tersebut, hampir
di setiap acara ilmiah paru namanya sering muncul sebagai pembicara atau
moderator.
Faisal Yunus lahir 54 tahun yang lalu di Batu
Sangkar, menamatkan pendidikan kedokterannya di FKUI tahun 1976, dan pada
tahun 1983 telah mendapatkan Ijazah Doktor (Ph.D) dari Jepang dan Spesialis
Penyakit Paru FKUI pada tahun 1986, dan pada tahun 2004 dikukuhkan sebagai
Guru Besar Tetap Pulmonologi FKUI.
Ada sedikit
cerita tentang riwayat pendidikannya, awalnya ayah tiga anak ini tidak tertarik
dengan ilmu paru. Selepas dari FKUI mendapat beasiswa di Universitas Okayama
Jepang. Sejak awal ia ingin mengambil spesialis anak, namun kesempatan mengambil
spesialis anak selalu tertutup. Ia malah ditawari mengambil biologi atau
patologi klinik. Saat ia kembali menerima beasiswa dari Universitas Hiroshima,
lagi-lagi bagian anak tidak berpihak padanya, hanya bagian paru yang masih
membuka ”lowongan”. Sempat ”mutung” dan berniat akan kembali ke Indonesia saja.
Untung salah satu rekannya dari Universitas Hasanuddin menyarankan agar ia
mengambil kesempatan yang sudah ada di depan mata. Dengan ”berat hati” ia pun
mempelajari organ pernapasan ini. Meski setengah hati, pendidikan spesialis paru
berhasil diselesaikannya. Asma, penyakit yang tidak mematikan namun mengganggu
kualiti hidup seseorang telah membuatnya jatuh cinta pada paru. |
Ada sedikit cerita tentang riwayat pendidikannya, awalnya ayah tiga anak ini
tidak tertarik dengan ilmu paru. Selepas dari FKUI mendapat beasiswa di
Universitas Okayama Jepang. Sejak awal ia ingin mengambil spesialis anak,
namun kesempatan mengambil spesialis anak selalu tertutup. Ia malah ditawari
mengambil biologi atau patologi klinik. Saat ia kembali menerima beasiswa
dari Universitas Hiroshima, lagi-lagi bagian anak tidak berpihak padanya,
hanya bagian paru yang masih membuka ”lowongan”. Sempat ”mutung” dan berniat
akan kembali ke Indonesia saja. Untung salah satu rekannya dari Universitas
Hasanuddin menyarankan agar ia mengambil kesempatan yang sudah ada di depan
mata. Dengan ”berat hati” ia pun mempelajari organ pernapasan ini. Meski
setengah hati, pendidikan spesialis paru berhasil diselesaikannya. Asma,
penyakit yang tidak mematikan namun mengganggu kualiti hidup seseorang telah
membuatnya jatuh cinta pada paru.
Pengalaman
pekerjaan yang telah dijalaninya adalah sebagai Staf Pengajar
Bagian Pulmonologi FKUI (1986 – sekarang), Koordinator Penelitian
Bagian Pulmonologi FKUI (1990 – 1999), Kepala Subbagian
Penyakit Paru Kerja Bagian Pulmonologi FKUI (1993 – 1995),
Kepala Subbagian Faal Paru Klinik Bagian Pulmonologi FKUI (1995 -
2001), Kepala Laboratorium Faal Paru Unit RSUP
Persahabatan (1993 -2001), Supervisor Poli Asma Unit
Paru RSUP Persahabatan (1993 – sekarang), Kepala
Subbagian Asma PPOK Bagian Pulmonologi FKUI/ RSUP Persahabatan
(1997 – sekarang), Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Paru
(1998 – sekarang).
Kiprah dalam organisasi antara lain
sebagai Seksi Ilmiah IDI Cabang Jakarta Pusat, Editor
Majalah Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Anggota FCCP,
Ketua II Yayasan Asma Indonesia, Seksi Ilmiah Ikatan Dokter
Kesehatan Kerja Indonesia, Anggota Dewan Ilmiah PDPI,
Sekretaris Kolegium Pulmonologi Indonesia dan sebagai Ketua PDPI
Cabang Jakarta (2002 – 2005). Fasial Yunus telah mempublikasikan
lebih dari 113 karya ilmiah di berbagai terbitan Majalah, Jurnal dsb
dan telah menulis dan menerbitkan 3 buah buku ilmiah populer tentang
penyakit paru.
|