
Kanker paru-paru terus menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi akibat kanker di Indonesia. Tak hanya memiliki angka kejadian yang tinggi, penyakit ini juga kerap terlambat terdeteksi sehingga memperkecil peluang kesembuhan.
Menurut dr. Laksmi Wulandari, dokter spesialis paru RS Premier Surabaya, lebih dari 85 persen kasus kanker paru di Indonesia baru terdiagnosis saat sudah memasuki stadium lanjut (stadium III atau IV), di mana kondisi ini umumnya sudah tidak dapat disembuhkan.
“Tren dari 1990 hingga 2021 menunjukkan peningkatan kasus yang signifikan. Ini alarm serius yang tidak bisa diabaikan,” ujarnya dalam webinar Hari Kanker Paru Sedunia yang digelar oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Sabtu (2/8), dikutip dari detikhealth.
Salah satu tantangan besar dalam deteksi dini kanker paru adalah gejalanya yang tidak khas. Batuk terus-menerus, sesak napas, atau nyeri dada kerap dianggap sebagai gejala ringan akibat kelelahan atau infeksi biasa. Alhasil, banyak pasien tidak segera memeriksakan diri hingga kanker menyebar ke organ lain, dan pengobatan pun menjadi lebih rumit.
Tingkat harapan hidup pasien kanker paru di Indonesia juga tergolong rendah. Berdasarkan studi global CONCORD-2, hanya 12,2 persen pasien yang bertahan hidup lima tahun setelah diagnosis—jauh di bawah rata-rata dunia.
Meski bisa menyerang siapa saja, data menunjukkan bahwa laki-laki adalah kelompok yang paling banyak terdiagnosis kanker paru. Pada perempuan, penyakit ini berada di urutan kelima setelah kanker payudara dan serviks.
Faktor risiko utamanya adalah rokok. Laksmi menyebutkan, 9 dari 10 kasus pada laki-laki disebabkan oleh kebiasaan merokok. Sementara pada perempuan, 8 dari 10 kasus berkaitan dengan paparan asap rokok dari suami atau lingkungan sekitar—menjadikan mereka perokok pasif.
Selain rokok, faktor lain yang meningkatkan risiko kanker paru termasuk riwayat genetik dan paparan zat karsinogenik, seperti polutan udara, asbes, makanan mengandung bahan kimia berbahaya, hingga gas radon.
“Paparan zat berbahaya tersebut dapat memicu mutasi sel dalam tubuh dan memperbesar risiko terjadinya kanker paru,” tambah Laksmi.
sumber: https://suarapangkep.id/kanker-paru-ancaman-nyata-dari-rokok-dan-paparan-asap-di-sekitar-kita/